Selasa, 08 Desember 2015

DESA GESIKAN PAKEL

Desa Gesikan dari kata Gisik, yang berarti kering.
Artinya, rawa yang dikeringkan

Di Desa Gempolan, dulu ada rumah Belanda, yang dirawat oleh orang yang bernama Mansyur. Belanda tersebut punya cita-cita ingin menanam tebu. Karena daerahnya masih rawan ,aka diupayakan ditimbun dengan endapan tanah dari sungai. Dialirkannya sungai dari Sumbergayam aliran dari daerah Trenggalek menuju ke Gempolan untuk dialirkan ke selatan. Terbentuknya desa Gesikan adalah dari endapan lumpur sungai (sedimentasi)

Debit air dari Trenggalek Sumbergayam Durenan sangat besar. Walaupun daerah Pakel Tulungagung tidak hujan, jika Trenggalek hujan, tiba tiba aior bisa datang menggenangi daerah Tulungagung selatan.

Lama banjir, dalam setahun biasanya hanya sekali,  selama musim hujan.
Jika musim hujan pekerjaan masarakat rawa rawa sebagai nelayan. Musim kemarau, mereka tetap nelayan karena air tetap menggenang

Yang tinggal di darat, bertani dengan lahan yang sempit, tetapi hanya duimiliki sedikit orang. Belum padat seperti sekarang

Makanan khas rawa
Makan khas musim hujan berpa nasi singkong thiwul, gemul (woh klewer)  Klewr sejenis teratai tapi lebih kecil. Buahnya dijemur ditumbuk, menjadi seperti beras, dimakan seperti beras padi. Buah rumput tuton (rumput rawa)
Setelah padi tidak ditanami, yang tumbuh rumput tuton. Tak ada tanaman lain.


Daerah rawa bukan berarti miskin. Tetapi banyak orang kaya. Ciri rumah panggung dari bambu berbentuk limas. Semua dinding bambu, Hiasan anyaman bvambu menjadi ciri khas seni anyam.

Yang membedakan kaya miskin ada;ah hiasan anyaman. Tengah ada tebeng, ada pintu kayu seperti rumah darat, pintu renteng, berukir.

Penjangga rumah berupa kayu, barulah bambu atau papan
Jika kaya mereka menggunakan kayu jati

Jika punya perahu besar, punya alat menangkap ikan pasti kaya. Banyak memiliki rumpon. Rumpon dikelilingi tali, sebagai penanda pemilik rumpon. Tiadak ada yang berani mengambil ikan di situ. Sama dengan hak milik sawah. Jika banyak rumpon berarti kaya. Jaring membuat sendiri. Setiap nelayan bisa membuat jaraing. Tidak ada penjual jaring.

Banyak yang nanggap taub, wayang, penanda mereka mampu dalam hal ekonomi
 jaring ejabk susuh wide (seperti teple yang bisa digulung, dikelilingkan untuk pagar rumpon. Setelah terbentuk lingkaran, barulah enceng gondok dikeluarkan.

Kesenian yang hidup berupa wayang, tayub, Belum ada jaranan saat itu, justru yang tumbuh adalah seni Jedor, barulah ada Jaranan

Desa Gesikan, Bono, kalau bersih desa harus tayuban, tetapi Pecuk harus Jedoran. Kepercayaan dan adat di punden masing masing

Ciri pakaian waktu ada hajatan, mereka pakai udheng. Blangkon hanya orang orang kaya. Punya udeng, barulah ndandakne blangkon. Jika tidak punya uang tidak mampu ndandakne blangkon.

Camilan masa lalu
Hanya berupa wedang kopi, cukup satu malam. Dimunim sedikit sedikit karena mahal gula. Cingkir kecil. Ngobrol sambil membuat kerangka keris, menggosk kerangka keris atau tongkat (teken)
Wajar jika tongkat dan keris mereka mengkilap. Karena setiap ada kesempatan selalau digosok

Jika kemarau, barulah ada makanan kampung pala kependem
Jika musim hujan, hanya kopi sebagai perantara komunikasi sosial

Pala pendem diarani ganjel lumbung. Karena sebelum makan nasi, makan keleman, agar makan nasi sedikit. Cara berhemat yang sederhana. Karena padi hanya panen setahun sekali. Harus pandai berhemat.






1 komentar:

  1. Akan semakin menarik jika setiap artikel tempo dulu di dukung dengan foto

    BalasHapus