Minggu, 27 Maret 2016

CERET TAUN

TULUNGAGUNG TEMPO DULU

 CERET TAUN

 Angin lesus, ceret taun, sekarang dikenal dengan puting beliung.

Puting beliung sudah terjadi sejak dulu. Apalagi masa kecilku banyak pepohonan besar di pekarangan rumah. Batas pekarangan antar tetangga selalau ditanami tanaman keras dan pohon kelapa.

Waktu saya kuliah tahun 84, teman-teman mengakatan bahwa rumah orang tuaku seperti hutan. Banyak pohon maoni dan pohopn sengon tinggi menjulang.

Kata bapak saya, jika perlu kayu untuk rumah nggak usah beli.

 Yang membuat saya sampai sekarang tidak mengerti, jika mendung tebal, angin pasti datang , burung2 berteriak2 memberi isyarat,

Orang tua selalu melemparkan benda2 tajam seperti cangkul, sabit, dandang tembaga.
menurut kakek nenek benda benda tersebut "diangokne"  Iki lo tak sangoni ndang ngaliha aja ganggu gawe neng daerah kene. Aja liwat kene. Dalanmu lor etan kana lo.

Tugas saya mengikat tiang penjaga rumah (saka guru) dengan kain panjang.

Mengapa titir? kentongan? teriak teriak? memberi tahu bahwa kedatangan ceret tahun ketahuan agar tidak jadi mampir

Jika mendung hitam, berbentuk seperti keris, pertanda ceret tahun akan datang.. Jika ceret tahun ketahuan jadilah lesus. Dan gagal menjadi angin topan

 Sementara kami berhamburan keluar rumah sambil berteriak "ceret taun... ceret tahun... diikuti oleh para tetangga. Kentongan "titir" tanda bahaya pun dibunyikan.
Kadang angin lewat sebentar tanpa hujan. Kadang angin dan hujan pun tanpa kompromi datang bersamaan. Ketika reda, barulah ada kabar beberapa pohon tumbang, ada rumah yang tertimpa pohon.


JLANTAH

TULUNGAGUNG TEMPO DULU

 JLANTAH
 Jlantah. Anak-anak sekarang tidak mengenal kata-kata itu.

Jlantah adalah minyak goreng bekas. Masa kecil saya, makan pakai jlantah dicampur garam merupakan hal yang biasa. Apalagi kalau bekas untuk menggoreng tempe. Wah enak banget. Masa itu, ekonomi serba sulit. Lauk telor goreng saja belum tentu seminggu sekali. Minyak goreng pin langka. Hanya pemilik kelapa lah yang biasanya membuat minyak "klentik" dari buah kelapa yang dipetikd ari kebun mereka.

SAMBEL KOREK

TULUNGAGUNG TEMPO DULU

 SAMBEL KOREK
 Sambal korek adalah sambal yang dibuat dari kelapa yang diraut, dikasih garam dan bawang putih dicampur jadi satu.

 Yang bikin istimewa, sambalnya tidak digoreng, tetapi ditaruh di kreweng (pecahan genteng) yang dibakar sampai membara.

 Ketika genteng yang dibakar di tungku telah membara, kreweng diangkat di cobek, sambal ditaburkan di atasnya, dututup kekep (penutup dari tanah liat) beberapa menit. Setelah dibuka, bau harum telah menyengat dan sambal kreweng siap disantap.

Aroma kelapa yang masak karena dibakar oleh bara pecahan genteng sunggih istimewa.

GAPLEK GADUNG

TULUNGAGUNG TEMPO DULU

 GAPLEK GADUNG

 Kedengaranya aneh ya. Tapi ini makanan saya ketika masih SD.

Bapak saya rajin menanam pala kependem (tanaman umbi-umbian) Pagar pekarangan berisi tanaman keras, dan di sekitar tanaman kersebut ditanami bermacam-macam tanaman. Ubi rambat, katak, gembili, termasuk gadung.

 Setiap musim panen gadung, kami sering lembur sampai jam 10 malam untuk mengolahnya. Yang berbeda dengan gadung sekarang adalah pembuatan gaplek gadung.

 Cara membuatnya hampir sama dengan pembuatan krupuk gadung. Perbedaanya, ketika membuat krupuk, gadung yang telah diolah direbus di air panas. tetapi jika ingin membuat gaplek, gadung masih direndam satu malam lagi, baru dijemur sampai kering dan berwarna putih.

Untuk memasaknya, gadung yang telah menjadi gaplek direndam dulu satu malam, barulah dikukus, disajikan hangat dengan ditaburi kelapa diparut dan garam.

 Bahkan tetangga yang ikut membantu di sawah sangat senang jika dimasakkan gaplek gadung.

Namun cara memasak dan mengolahnya perlu perlakuan khusus, agar tidak menimbulkan keracunan
bagi yang makan.

SAMBEL BLONDHO

TULUNGAGUNG TEMPO DULU SAMBEL BLONDHO Terinspirasi critane P Mukani Bio Farmer, njur kelingan sambel blondo. Blondo, adalah ampas minyak goreng (minyak klentik) yaitu minyak yang terbuat dari kelapa. Biasanya, para petani yang memiliki kelapa selalau membuat minyak goreng dengan mengolah sendiri. Setalah kelapa diambil santan yang kental, lantas direbus. S elama merebus, harus selalau diaduk, agar ampas yang timbul dari pemisahan air dan minyak kelapa tidak lengket. Selain itu agar ampasnya cantik dan bisa dimanfaatkan untuk makanan. Ampas yang telah terpisah dengan minyak dibungkus tapas (apa ya bahasa Indonesianya) dan diperas agar minyaknya keluar hingga kadar minyak dalam ampas seminim mungkin. Ampas inilah yang dinamakan blondo. Blondo bisa dibuat sambal. Bumbunya cukup bawang putih dan garam, tentu saja pakai cabe. Blondo bisa juga dibungkus tepung dan digoreng. Orang jawa mengatakan dhudho balen. Duda rujuk. Mengapa dikatakan dudo balen? Blondo semula adalah santan yang akhirnya menjadi minya, dan dikatakan blondo setelah berpisah dengan minyak. la kalau digoreng berarti kembali lagi bersatu dengan minyak. Ah isa isa wae wong Jawa ki.

MENCIUM BEKAS RODA

TULUNGAGUNG TEMPO DULU MENCIUM BEKAS RODA

 Sepeda motor waktu tahun 70 an adalah barang mewah. Dalam satu desa, tidak ada 5 orang yang mampu memiliki. Sepeda motor yang mereka miliki, rat-rata jenis vespa.

Kalau sore hari, naik vespa, pakai sarung manggis, bekopyah. Wah kelihatan banget sebagai seorang "piyayi". S

ebagai anak dari keluarga yang tidak mampu, ada kebiasaan unik yang kami lakukan. Kalau ada motr lewat, segera berebut mencium bau bensin di bekas ban sepeda motor yang menempel di tanah berdebu itu. Anehnya, itu pin berebut adu cepat. Tak peduli di belakang ada sepeda onthel yang lewat. Pernah juga terjadi tertabrak sepeda karena bereput menmcium bekas ban motor yang baru lewat itu. Padahal jalan belum beraspa. Tentu saja berdebu

 Entah apa maksudnya, sampai sekarang juga hanya bisa tersenyum mengenang keunikan itu.

Melihat Filem

ULUNGAGUNG TEMPO DULU MELIHAT FILEM,

sangu opak tela Kalau akan ada pemutaran film, biasanya didahuli bende, ledang.

Bende, ledang ya sama seprti sekarang, pengumuman keliling membawa sepeda motor dan membawa pengeras suara.

Tempatnya biasanya di pasar. Pasar jaman dulu selalu punya tanah lapang, sehingga luas untuk pemutaran film. Penontonnya banyak, berjubel, lesehan.

Karena orang tua tidak memiliki uang untuk uang saku beli jajan ketika nonton, sebelum berangkat sudah disiapkan jajan untuk bekal nonton.

Yang biasanya selalu siap, krupuk singkong. Krupuk buatan sendiri yang dipreses dengan cara diparut, dibikin jenang. lantas diratakan di atas daun pisang. Setelah daunnya agak kering, barulah krupuk dipisahkan dengan daun yang menjadi alasnya.

Setelah itu baru dipotong sesuai ukuran untuk dijemur lagi agar kering dan siap digoreng. Krupuk singkong, sebagai bekal melihat film. Hemat karena tak perlu uang saku, sehat karena gorengan sendiri.

NASI LIWET

TULUNGAGUNG TEMPO DULU

 NGLIWET

 Ngliwet adalah memasak nasi yang hanya cukup direbus seperti dalam gambar ini. Namun yang saya ceritakan, adalah ngliwet di kaleng bekas susu.

Setiap sore, menjelang tidur, jika akan makan sahur untuk puasa Senin Kemis, saya diajari ngliwet. Cara memasaknya, beras satu cangkir direbus dengan cara dimasukkan ke kaleng (setelah dicuci bersih). Kaleng digantung di depan tungku, dan hanya dipanasai pakau blarak (daun kelapa kering). Karena hanya sedikit, tentu saja cepat mendidih.

Jika sudah masak, dan air tinggal sedikit, kaleng ditutupi daun pisang, baru ditutup lagi dengan lepek (piring kecil pelengkap cangkir) barulah ditinggalkan tidur. Ketika bangun untuk makan sahur, nasi masih hangat, aroma daun pisang harum menggugah selera.

Kripik Singkong Bakar

TULUNGAGUNG TEMPO DULU OPAK TELO BAKAR. Setiap selesai masak, biasanya tungku masih panas, masih ada bara api, masih ada abu yang panas. Nah anak-anak kecil mulai beraksi dengan hobinya. Membakar krup[uk singkong. Dibakar? krupuk siapkan penjepit berupa kayu atau bambu yang dibelah seditit ujungnya untuk menjepit krupuk singkong yang masih mentah. Taruh di atas bara api. Bukan api menyala lo. Bolak bali, setelah warna berubah diangkat. Krupuk siap santap. Enak lo. Jika bara tidak ada, tinggal abu panas, masih tetap bisa berkreasi. Abu panas diratakan, jika ada bara disishkan, agar kerukuk yang dibakar tidak terbakar. Jika abu siap, krupuk dimasukkan ke abu panas, sambil ditip abu panas yang lain diratakan. Jangan lama-lama khawatir hangus. Krupuk bakar siap santap. Untuk mebersihkan abunya cukup disentil pakai jari. Nyoba lagi yuk an

GERHANA BULAN

TULUNGAGUNG TEMPO DUDU

 BLENDRONG

 Blendorng adalah istilah untuk peristiwa gerhana bulan. Jika ada blendrong, kami semua keluar rumah, Bulan purnama mulai redup karena pertanda terjadi gerhana bulan.

Kata nenek moyang kami, jika terjadi gerhana bulan, itu pertanda ada raksasa yang makan bulan.

Maka kami beramai-eamai memukul kentongan  ada pula yang memukul lesung agar bulan yang ditelan raksasa segera dimuntahkan.

Dengan kesabaran menunggu, bulan pun dimuntahkan juga. Dan kentongan pun diam. Karena raksasa tidak jadi makan bulan. Bahkan mereka yang sedang mengandung bersembunyi di bawah kolong, dan pusarnya diolesi abu dapur sebagai tulak balak agar bayi selamat